Archive for Maret 2013
Well, post kali ini akan membicarakan antara "lucky" dan "destiny".
Apa menurut kalian kedua hal itu sama?
Bagiku?
Ah, entahlah. Kurasa berbeda, tapi berhubungan. Begitukah yang sebenarnya?
Minggu, 31 Maret 2013
Akhirnya! Hari ini tiba!
Hari di mana aku bisa bertemu dengan teman lamaku, Mutia. Ia pulang dua hari yang lalu dengan maksud untuk mengambil ijazah ke SMP. Tapi, dua hari yang lalu itu pula aku tidak bisa menemuinya. Yah, aku sibuk latihan dan ............ hujan.
Dan hari ini, barulah aku bisa menemuinya.
Mutia yang aku kenal adalah "Mutia" dengan sosok cewe tinggi, tomboy, setia kawan, dan kadang kalo antusiasnya bocor, bisa tegangan tinggi.
Dan aku kembali menemui sosok gadis itu. Dia tidak banyak berubah, oke, maksudku, dia makin putih ... iya putih ._. nggak kayak aku ... i-tem.
Back.
Well, sebenarnya hari ini hari terakhir Mutia di sini, maksudku, hari terakhir dia "pulang kampung". Hari ini juga dia berangkat ke Banjarmasin. Rencananya, sih jam 10 pagi dia berangkat. Aku, yang sehabis ikut lomba tadi malam masih ngantuk berat dan agak lemes untuk melakukan sesuatu, sudah berpuluh-puluh kali mengumpulkan nyawa agar bisa bangkit kemudian menemuinya. Bagiku, tidak menemuinya hanyalah menimbulkan perasaan sesal. Jarak antara rumahnya dan rumahku terbilang jauh, tapi itu tidak masalah bagiku. Dan sekitar pukul setengah 9, puzzle nyawaku yang berhamburan mulai menyatu dengan erat. Aku pun pergi dengan motorku ke rumahnya.
Sesampainya di depan rumahnya, tak lama kemudian Mutia keluar. Seperti kataku tadi, ia agak berubah. Tapi sikapnya masih saja seperti yang dulu, menyenangkan :)
Dan hal yang selalu ia lakukan ketika aku datang ke rumahnya ketika ia pulang kampung "Jangan nangis, Au~" --"
Kami pun masuk ke dalam rumah *Ok,aku tau kalo gaada masuk yang keluar*. Ternyata sedari tadi Mutia sedang memainkan laptopnya.
Kami pun masuk ke dalam rumah *Ok,aku tau kalo gaada masuk yang keluar*. Ternyata sedari tadi Mutia sedang memainkan laptopnya.
Seperti tradisi yang biasa kami lakukan, kami berbincang masalah sekolah Mutia di SMA Banua. Ia memperlihatkanku foto-fotonya bersama teman-temannya, video ketika ia sedang marching band dan menari kreasi, dan beberapa file lainnya. Sepertinya seru, bisa bersekolah di sana dengan teman yang begitu banyak.
Sepertinya ia bahagia di sana ...
Aku bertanya padanya, "Mut, kamu kuliah entar di mana?"
"Gak tau, sih." jawabnya.
Tiba-tiba ide aneh datang, "Mut, ikut pertukaran pelajar, yuk?"
"Aku sih udah diikutin, ke Georgia."
dan seterusnya ia menceritakan detailnya.
Dan jujur, aku iri. Buruk? Tidak, bagiku,itu wajar untuk seorang dreamer sepertiku. Aku adalah gadis pemimpi, aku bermimpi menjadi astronom, kadang bermimpi menjadi penyanyi, kadang berubah lagi menjadi seorang "Aulia" yang sukses di pendidikan, travel the world dengan "otak" sebagai tiket-nya. Iya, aku pemimpi.
Buruk?
Bagiku tidak. Semua bermula dari mimpi, kemudian usaha dan do'a, ketiga nasib / takdir. Bagiku, lebih baik hidup sebagai pemimpi walau pada akhirnya tidak dapat meraihnya dari pada hidup tanpa pernah bermimpi dan tidak dapat meraihnya pula. Setidaknya aku masih di dorong mimpi-mimpi itu untuk hidup, dari pada hanya mengalir pada detikan waktu tanpa ada hasrat untuk mencapai sesuatu.
Jalan kita berbeda? Tak apa, every humans has their own ways.
Mimpi yang sedari dulu kuimpikan adalah pergi ke luar negeri, entah untuk belajar atau sekedar berjalan-jalan. Konyol? Norak? Maklumi saja, aku sepertinya memang berbeda dari kalian. Tapi, ini mimpi, mimpi yang ingin kuraih.
Sepertinya, peluangku untuk mewujudkan mimpi itu memang di bidang pendidikan. Aku berusaha agar bisa mewujudkannya di bidang prestasi. Mungkin, ilmu yang ada sekarang jauh lebih rendah daripada yang kamu miliki, tapi aku akan berusaha. Pak Robert salah satu inspiratorku. Beliau adalah seorang penulis. Beliau awalnya hanya orang biasa, saat kuliah, beliau merantau ke UGM. Berkat prestasinya, beliau mendapat beasiswa untuk melanjutkan S2 di German. Keren.
Dan, jika Pak Robert bisa, kenapa aku tidak?
Kadang, yah, ketika kita melihat sahabat kita begitu tinggi pencapaiannya,kita merasa ingin sepertinya. Dan, Mut, jujur aku ingin sepertimu. Aku ingin bisa menginjakkan kaki di wilayah baru. Kamu begitu beruntung, uumm ... lucky, or destiny?
Jika itu "lucky", apa kira-kira aku bisa mendapatkannya juga suatu saat?
Jika itu "destiny", apa ... kira-kira kemungkinannya kecil untukku?
apa "destiny" itu bisa dibagi-bagi pada orang lain juga, orang lain sepertiku?
Hhaaa ...
Au,
Sekarang, bukanlah waktunya untuk iri dengan orang lain. Hhmm ... jadikan ini motivasi untukmu agar kamu bisa bangkit dan bersemangat lebih tinggi lagi untuk menggapainya. Mungkin Allah ingin membuatku membuka mataku lebar-lebar, mungkin Allah sedang menasehatiku, "Lihat Mutia, dia bisa pergi ke sana. Mengapa kamu tidak?" Ya, ini, ini harusnya menjadi motivasi untuk terus maju. HARUS.
Mimpi, tunggu aku.
Coba deh lu tarik nafas lu
dalam-dalam. Sudah? Bagus. Berarti elu
masih hidup. Well, gue di sini mau bahas tentang apa itu yang namanya “hidup”
versi gue. Umm ... enaknya prolognya dari mana dulu ya? Ah, udah deh. Lu baca
aja nih tulisan.
Menurut kalian “hidup” itu gimana
sih? Kalian biasanya menilainya relatif, ya ‘kan? Misalnya lu lagi sedih
diputusin pacar trus misalnya lu kecelakaan. Lu bilang “hidup” itu “sadis”.
Misalnya lagi lu lagi bahagia dan semua keberuntungan datang ke elu, pasti lu
bilang kalo “hidup” itu “indah”. Tapi menurut gue?
Suatu hari gue sama temen gue
lagi ngobrol tentang masa depan kelak. Kuliah di mana, cita-citanya apa, mau
punya anak berapa, kerja di mana, harapannya apa, nah disitu dia selalu
bilang kalo semua masa depannya nanti ortunya yang menentukan. Katanya, dia
oke-oke aja kalo ortunya nyuruh di sini atau nyuruh di situ. Well, gue ngerasa
aneh sama dia. Biasanya kalo urusan beginian pasti deh kita gak mau kalo ortu
yang nentukan.
Jadilah gue debat sama dia. Gue
bilang, “Emangnya elu gak mau apa nentuin masa depan lu dengan pilihanmu
sendiri? Ya ... biasanya ‘kan anak itu gak terlalu mau diatur-atur sama ortu.”.
Dan jawaban yang dia berikan bener-bener membius gue, “Life is simple, but the hardest thing is
to live on a simple way.”. Gue gak tau dari mana dia dapet kata-kata itu yang
jelas gue bener-bener terbius sama kata-kata itu.
Ya, hidup itu sebenarnya simple. Tapi
ngejalani dengan “simple” itu yang susah. Dalam pelajaran aja kita bisa ngeliat
kalo hidup itu gak se-simple itu ngejalaninya. Misalnya, pada pelajaran kimia
kita belajar apa itu yang namanya “atom”. Nah, kita tau atom itu partikel
terkecil penyusun suatu unsur. Simple, kan? Tapi atom masih terbagi lagi, ada
elektron, neutron, sama proton. Trus, atom punya nomor massa sama nomor atom,
*yang jelas gak ada nomor telepon*. Nah, si atom ini juga bisa berikatan dengan
atom lain dan menghasilkan senyawa. Eh, lama-lama ini jadi ngomongin kimia, ya?
Yah, itu tadi contoh tentang hidup kalo hidup itu ga-sesimple itu. Ingat ya
masih ada pelajaran lain yang musti dipelajari juga.
Ngga, gue gak akan menghasut elu.
Gue cuma memberikan gambaran apa itu “hidup” menurut versi gue. Tapi, kita gak
usah ngeluh. Tuhan baik kok sama kita. Dia ciptain hal abstrak tapi nyata yang
dapat kita rasakan, “perasaan”.
Yep, “pe-rasa-an”. Ketika kita
diberikan rezeki oleh-Nya, dia ciptakan perasaan bahagia sehingga kita akan
merasa kalau hidup itu indah, sehingga kita dapat melupakan sejenak kerumitan
hidup yang ada. Namun, kadang dia turunkan cobaan yang mungkin menyadarkan kita
yang terlalu bahagia akan kesenangan dunia. Dia ingin kita merasakan sedih,
agar kita tahu kalau tak selamanya hidup itu indah dan ketika kita dalam posisi
yang terpuruk, kita sudah dibekali mental yang kuat untuk menghadapinya. #tsaaah
Gue nulis *yah sebenernya ngetik,
sih* ini karena gue pengen. Semua berawal dari mata gue yang gak sengaja
ngeliat nenek-nenek yang kelihatannya pengemis. Apa fikiran yang terlintas
pertama kali kalo ngeliat nenek-nenek itu? Ngasih uang? Kasian? Gak peduli?
Well, fikiran gue malah melayang ke “the past”nya nenek-nenek itu.
Gue penasaran, gimana sih masa
lalunya nenek-nenek itu. Bagaimana masa kecilnya, remajanya, dewasanya, dan
hingga menjadi seperti itu. Apa nenek itu pernah mengenang sejenak masa
kecilnya? Canda-tawanya bersama kedua orang tuanya. Seorang anak yang
menumpahkan air matanya ke buaian hangat ibunya. Atau tindak polosnya yang
membuat orang tuanya tertawa.
Pasti kalian gak akan bisa
membayangkan berada di posisi beliau. Gue juga. Masa-masa kecil ini ... kita
lihat seperti permainan yang indah. Menginjak remaja kita mulai terlibat dengan
emosi. Ketika kita mulai menuju dewasa, kita akan benar-benar merasa kalau
hidup itu rumit.
Seandainya lo diberi tahu sama
Tuhan kalo lo tuanya nanti jadi pengemis, gimana? Dan sekarang anggaplah lo
sekarang sudah jadi “pengemis” itu. Apa yang bakal kamu rasain? Gue yakin kita
gak bakal pernah tau rasa “se-bagaimana-tidak-menyangkanya” kalo kita jadi
pengemis. Rasa yang seperti ... “Gue gak nyangka!” “Ini bukan gue!” “Gue
‘kecil’ hidupnya bahagia, kok. Kenapa jadi gini!?”
Nah, bagaimana dengan duniamu
yang sekarang?
Seperti yang pernah gue bilang. Every human has their own worlds.
Dunianya beragam antara satu dengan yang lain walau terkadang ada kemiripan
bahkan persis sama. Gue yakin, seseorang yang berada di dunia –yang menurutnya-
suram, pasti ada, walau hanya butiran sekali pun, “ke-bahagia-an” di sana. Buat
apa lo lahir kalo ketawa pun gak pernah. Pasti ada, gue yakin. Bahkan, sad
ending sekali pun bukan hanya sekedar “sad ending” tapi memiliki nilai
pelajaran yang sangat berharga.
Well, bagaimana pun kalian
merasakan kehidupan kalian, dengan atau tanpa seseorang di sisimu, ingatlah,
bahwa masih ada Tuhan yang mendengar keluhmu dan melihat setiap tetes air
matamu. Jangan pernah berkata kalau kamu cuma “sendiri”. Tuhan, selalu bersama
kita. Dimanapun.
Salam ! :)
Umm first post kayaknya enaknya ngenalin diri deh. Eh, emang entar ada yang baca nih blog? Jleb.
Kemungkinannya 1 : 100000000000000 deh kayaknya :| well, buat kamu yang beruntung (baca : gak sengaja) nemu blog ini, kamu sangat hebat.
Namaku Aulia N. Husna. Biasa dipanggilcinta laura Aau. Inget, A-au, bukan "aaww!" apalagi "wadaww!" -_____- Well, Kali ini kalian harus terima kalo kenyataannya aku tuh cewe. Aulia tuh nama cewe kan? IYA KAN?
Tempat: Bumi
Tanggal : 03 Juli 1998
Lahir: Selamat sehat sentosa
Aku sekarang bersekolah di sekolah. Hobiku dengerin musik, konser di depan cermin, baca novel, de el el. Cita-citaku ... pengin jadi astronom. Aku menyukai hal-hal yang berbau astronomi. Menurutku astronomi itu keren dan mengagumkan. Yeah!
Mengenai blog ini ... well, aku masih rada-rada bingung juga sih buat apa aku bikin blog. Tapi, di sinilah aku share tentang "dunia"ku. Every human has their own world. I believe it. I want to share my world in this blog. Entah itu imajinasiku, renunganku, pandanganku, atau apa pun itu.
Kuharap bagi kamu yang beruntung (baca lebih keras : GAK SENGAJA) dapat membaca blog ini dapat menikmatinya.
Sekian. Arigatou gozaimasu ~ ^_^
Umm first post kayaknya enaknya ngenalin diri deh. Eh, emang entar ada yang baca nih blog? Jleb.
Kemungkinannya 1 : 100000000000000 deh kayaknya :| well, buat kamu yang beruntung (baca : gak sengaja) nemu blog ini, kamu sangat hebat.
Namaku Aulia N. Husna. Biasa dipanggil
Tempat: Bumi
Tanggal : 03 Juli 1998
Lahir: Selamat sehat sentosa
Aku sekarang bersekolah di sekolah. Hobiku dengerin musik, konser di depan cermin, baca novel, de el el. Cita-citaku ... pengin jadi astronom. Aku menyukai hal-hal yang berbau astronomi. Menurutku astronomi itu keren dan mengagumkan. Yeah!
Mengenai blog ini ... well, aku masih rada-rada bingung juga sih buat apa aku bikin blog. Tapi, di sinilah aku share tentang "dunia"ku. Every human has their own world. I believe it. I want to share my world in this blog. Entah itu imajinasiku, renunganku, pandanganku, atau apa pun itu.
Kuharap bagi kamu yang beruntung (baca lebih keras : GAK SENGAJA) dapat membaca blog ini dapat menikmatinya.
Sekian. Arigatou gozaimasu ~ ^_^