Archive for Mei 2014

Oke, kali ini aku bakal cerita tentang kegiatanku Kamis (27/5) bersama dengan teman-teman Belati (seBELas ipA TIga).
1) Lisa AL
FYI, AL itu singkatan dari Arianti Lestari, bukan Angkatan Laut. Lisa bisa dipanggil apa aja kecuali "pacar gue" soalnya dia udah punya pacar. Aku sih manggil dia rada-rada labil, kadang "Lis" kadang "Cha", tergantung lidahku yang terpleset ke arah mana. Ohya, Chacha adalah tuan rumah dalam acara masak-masak-bikin-kerajinan-buat-Seni-Budaya-nonton-Hormones-bikin-dream-catcher-tapi-gajadi-karena-mood-ilang- duh, apalagi yah? Yah kita sebut saja acara All-Kamis-Long-with-Chacha.

 Nah ini dia penampakan Chacha
2) Cinthia A.E.P.
Cinthia ini udah bagaikan tukang masak chef bagi kami karena skill memasaknya lebih hebat dari pada kami. Pokoknya, kalo ada acara masak-masak, gak afdhal deh kalo gak ada Cinthia. Hm, aku manggil Cinthia biasanya labil juga sih, kadang "Cinthia", kadang "Uti" -diambil dari nama akhirnya "Putri = Uti". Kenapa Putri bisa jadi Uti, dia punya sejarah keluarga tersendiri.
Nama aku Uti :3
3) Shofia Yurida
Ini temenku yang baru-baru aja ultah, tepatnya tanggal 28 Mei kemarin. Kalo manggil Shofia mah aku gak bakal labil. Panggilan tersayangku tetep USUP Shofia.
Tuh, orangnya yang ngangkat dua jari ._.v
Oh, ya, kemarin Siska datang juga. Penampakan Siska bisa anda lihat pada foto di atas. Yep, yang di samping Shofia. Siska datang di saat yang tidak tepat, di saat semua makanan udah pada abis. Kikiki ~
4) Langgeng Wakid N.
Langgeng ini Kambitinese alias berasal dari Kambitin. Kalian gak perlu tahu Kambitin itu di mana, pokoknya di Tabalong. Titik. Langgeng ikut acara ini karena dia mau bikin lampu tidur dari barang bekas buat tugas Seni Budaya.
5) Wahyu Abdillah
Wahyu fans berat Nicky Minaj, melebihi tinggi tubuhnya walau pun tidak ada hubungannya. Di kelas, dia biasanya nge-rap lagunya Nicky Minaj feat David Guetta - Turn Me On. Calon rapper masa depan, ini :')
Okeh, aku rasa perkenalannya cukup soalnya dalam post kali ini yang dibahas bukan tentang mereka. Langsung aja, acara All-Kamis-Long-With-Chacha secara resmi ........................................................... aku ceritakan.

Kamis kemarin libur, bertepatan dengan tanggal merah di kalender (._.) Chacha ngajakin aku masak-masak di rumahnya, katanya sih bikin Schotel Tahu sama Fresh Corn (atau Sweet Corn?). Karena berhubung dengan makanan, otomatis aku ikut. *ngusap-usap perut*

Ternyata langgeng dan Wahyu datang. Langgeng, seperti yang sudah kusebutkan, mau bikin lampu tidur dari botol bekas dipandu oleh Uti. Kalo Wahyu ... hmm ... kayaknya sekedar ikutan, itung-itung nemenin Langgeng. Agenda pertama kami membuat Schotel Tahu dan Fresh Corn sebagai cemilan untuk nonton Hormones, drama Thailand.

Singkat cerita, usai menonton Hormones dan makan cemilan, tiba-tiba Siska datang. Ia pun bergabung untuk minta file Hormones dan para cowok pada pulang karena emang udah siang. Saat itu aku dan Chacha sedang sibuk membuat dream catcher. Lama-lama, mood kami hilang, kemudian kami menghentikan pekerjaan kami.

Semua akhirnya pulang kecuali aku dan Chacha karena pada dasarnya Chacha udah di rumahnya sendiri. Siang itu sangat panas sedang aku memakai sweater dan kerudung hitam. Membayangkan hawa panas akan menyelimuti perjalananku ke rumah, aku mengurung niat untuk pulang. Tidak lama kemudian, hujan turun melanda, membuatku memiliki alasan lain untuk tidak pulang ke rumah.

Aku dan Chacha menghabiskan banyak waktu untuk berbicara. Aku mengagumi koleksi pulpen di kotak pensilnya yang beraneka ragam. Aku pun mencoba beberapa diantaranya, dan jatuh cinta pada pulpen manusia salju (terjemahkan dalam bahasa inggris, if you know what i mean) yang berukuran 0,2 ee ... milimeter atau centimeter ya? Ah, itulah intinya. Aku menuliskan seuntai lirik lagu dengan tulisan yang sedikit kurait, tahu-tahu Chacha bilang suka dengan gayaku meraitkan tulisan. Ehehe, jadi malu :3

Percakapan kami sangat panjang. Hal-hal yang diobrolkan, yah, kadang tidak lepas dari topik-topik umum seperti "Kamu akan kuliah di mana?" Ketika kami sedang membicarakan topik itu, tentu cita-cita berperan erat dalam mengambil haluan yang kita pilih. Sampai saat ini, jujur saja aku masih bingung dengan akan-menjadi-apa-aku-kelak? 

Pastilah, jauh di suatu tempat dalam diri kalian, kalian pasti merasakan sebuah jiwa. Entah itu jiwa memerintah, jiwa pengajar, jiwa penolong, pasti kalian memiliki jiwa itu. Jujur saja, aku merasa memiliki jiwa memerintah dan jiwa pengajar, karenanya, ketika dalam sebuah kelompok, aku cenderung ingin mengatur kinerja kelompok. Mungkin suatu hari aku bisa menjadi pemimpin. Tetapi aku tidak tertarik. Dan jiwa pengajar, jiwa yang selama ini berusaha aku tolak, berkatnya aku merasa memiliki kesempatan menjadi seorang ........ guru. Pekerjaan yang sama dengan ibuku.

Sebagai seorang anak dari seorang ibu yang berprofesi guru, aku sedikit-banyak tahu suka-duka profesi itu. Dan, menurutku, aku ingin berprofesi yang lebih dari guru. Bukan berarti aku meanggap profesi guru itu rendah. Aku hanya ingin, apa pun, kecuali guru. Namun itu artinya aku melawan jiwaku. Jiwa mengajarku. Ibu Dwi pernah berkata, ketika kita memilih pekerjaan yang sesuai dengan jiwa kita, maka seberat apa pun itu, kita akan merasa enjoy, merasa nyaman. Tetapi ketika sebaliknya, maka kita tidak akan merasa bahagia menjalani pekerjaan kita. Ini lebih seperti teh es, nggak pakai es. Percuma. Dan bukan teh es namanya kalau nggak pakai es.

Pertanyaannya, mengapa jiwa dan keinginan kadang tidak selaras?

Selain membicarakan hal itu, ternyata pembicaraan kami berlanjut sampai ke masa lalu. Aku bercerita ke Chacha bahwa sewaktu aku SD dan SMP, aku pernah dimusuhi hampir satu kelas dengan cara yang sama : mendiamkanku, menjauhiku. Berpikir dengan cara seperti itu akan membuatku sadar pada segala kesalahanku.
 
Namun ketika mereka meninggalkanku dengan cara seperti itu, mereka sesungguhnya hanya seperti seorang ibu yang meninggalkan bayinya yang sedang menangis. Tidak tahu apa-apa, dan tetap membuat suara tangisan yang dianggap memekakkan telinga.

Chacha pun demikian. Ia bercerita bahwa ia juga pernah dijauhi sesaat oleh sahabat-sahabatnya. Dan, kami, sebagai sesama korban-dijauhi-teman, setuju 100% kalau cara menyadarkan teman dengan menjauhinya itu SALAH.

Bagaimana bisa kita melihat kesalahan kita sendiri, bahkan melihat seluruh tubuh dengan kedua mata sendiri saja tidak bisa? Maksudku, lihat punggungmu! Apa kau bisa? Tanpa bantuan cermin atau pun yang lainnya? Tidak bisa, kan? Apalagi kesalahan, yang bentuknya abstrak!

Kalau kesalahan itu dikarenakan sebuah peristiwa, mungkin akan bisa direnungkan secara jelas. Tapi, untuk menyadarkan sikap yang menjengkelkan (bagi mereka), itu ... abstrak! Dan sikap itu ... bawaan dari dalam diri. Kita takkan tahu mana yang benar mana yang salah sebelum ada yang menilai. Dalam hal ini, memberi tahu.

Sikap buruk tidak hanya berkisar pada egois, pemarah, galak, sikap buruk aku definisikan adalah sikap yang merugikan (dalam hal ini mengganggu) orang lain. Orang yang terlalu jujur pun kadang bisa menyakiti orang lain. Dunia telah berevolusi, jujur kini perlu dipertimbangkan dengan alasan hati.

Long Day, Short Time.
Aku pulang ke rumah malam hari dengan sukses diceramahi mamaku.
"Mama telpon kenapa nggak diangkat-anggkat?"
"Hape-nya di bawah, Ma. Lia di atas. Terus, gak ada pulsa lagi"
Kemudian, aku kabur ke kamar.
Masih banyak hal yang kubicarakan dengan Chacha, namun malam mengharuskanku segera pulang. Kalau dihitung-hitung, lebih dari separuh hari kuhabiskan di rumah Chacha, namun yang kurasakan, waktu hanya sebentar berlalu. Kuharap, nanti aku bisa mengobrol heart-to-heart lagi dengannya.
CHA! TERIMA KASIH ATAS HARI KAMIS YANG BEGITU MENYENANGKAN KEMARIN, YA!!!!

Dan ... seperti biasa ... nggak afdhal kalau dalam postingan Aau nggak ada quotes. Quotes hari ini :

"Kau tahu mengapa manusia tidak dapat melihat kesalahan?
Kesalahan itu letaknya di punggung, aku tidak bisa melihatnya kecuali kau memberitahukannya."
-Aau-chan




----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PS : Guys, sorry ngambil foto kalian tanpa izin ._.v

Long Day Short Time

Posted by ayachin
Sabtu, 31 Mei 2014
Akhirnya aku punya mood juga buat nulis lagi. Setelah lumayan lama vacuum cleaner di rumah rusak dari dunia tulis-menulis, aku pun kembali pada malam yang kayaknya cerah ini. Cerah gak yah? Ah udahlah, males ngecek ke luar.

CIE IMPACTO. Dari judulnya aja udah keren, 'kan? Eit, jangan salah. Ini bukan salah satu sihir Harry Potter atau jurus dalam dunia anime manapun. Cie impacto aku artikan sebagai "dampak cie". Hah? Dampak cie? Maksudnya apaan tuh? Mau tau? Nyok langsung baca aja lanjutannya tahun depan ~

Suatu hari aku kepikiran, tentang cara pandang setiap manusia, minimal di lingkungan kita, tentang yang namanya cinta. Aku sadar, waktu aku SD dulu, cepat atau lambat aku pasti bakal ketemu sama yang namanya cinta, terus fallin', terus ... aku asumsikan kalau aku jadian, terus ......
Gimana tanggapan ortu sama kakak-kakak aku yak? GLEK.
Mama sih jelas nentang, mama kan pinginnya aku belajar. Abah? Hm, gak pernah sih ngomong heart-to-heart masalah beginian sama aku tapi aku yakin bakal klop sama mama -.- Dan kakak-kakak ku?
THIS IS MY GREATEST FEAR.
Aku ingat, sewaktu aku kecil dulu, aku gak sengaja berduaan sama anak tetangga di belakang rumah. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan! Waktu itu dia nanya sesuatu kepadaku, entah apa itu, yang jelas perlu waktu lama untukku menjawabnya -kuharap tidak ada dari kalian yang berpikir ini sebuah pernyataan cinta. Aku berpikir sejenak, kemudian ...
"CCCCIIIEEEEE.......... LIIAAAA BEDUAAN ~"
Lewat lubang fentilasi, kakakku yang cowok diam-diam memata-matai kami. Aku pun langsung pulang ke rumah dan menangis -maklum, masih kecil. Aku pun menjadi bulan-bulanan oleh kakakku itu. Kuso! Sejak saat itu, aku jadi anti cowok. Anti. Banget.

Menginjak SMP, teman-teman di kelasku ternyata cuma mengandung sedikit kaum adam. Aku pun bersyukur karena setidaknya aku bisa terlepas dari ketakutanku itu. Namun, suatu hari, benih cinta ditabur oleh monyet tak bertanggung jawab. Dan aku tidak sengaja membesarkan salah satunya.
Damn! I'm falling in love!
 Cinta. Cinta. Cinta. Pada saat itu satu-satunya hal yang tertera di kepalaku adalah; bagaimana agar tidak terlihat sedang jatuh cinta. Perasaan ini sungguh menggebu, seperti orang yang sedang mendobrak secara paksa sebuah pintu sedang di sisi pintu yang lain aku berusaha menahannya. Jujur, menahan rasa itu menyakitkan, kadang. Atau, lebih tepatnya melelahkan. Jika ada momen lucu, spesial, atau apa pun itu antara aku dan dia, sungguh aku ingin memiliki tempat untukku berbagi; menceritakan kisah malu-malu ini dan menjerit seperti anak cewek kebanyakan. Tapi tidak, mereka yang ingin menjadi tempatmu mencurahkan rasa terdakadang bukan karena mereka peduli, mereka kadang hanya ingin tahu. Dan aku, aku tidak mau di-cie-in anymore. Rasanya memalukan.

Jadilah, susah-senang dalam kisah cinta monyetku kupendam sendiri. Dan baru kusadari sekarang, saat aku telah menginjakkan kaki di SMA, sesungguhnya aku telah terkena CIE IMPACT. Bisa-bisanya aku menganggap kalau "jatuh cinta" itu seperti ... bagaimana aku mengatakannya, ya, ... aib? Ya! Kurang lebih seperti itu. Dan aku yakin, gak cuma aku yang menganggap -secara sadar ataupun tidak- jatuh cinta itu seperti aib; harus disembunyikan, bisa gaswat kalau diketahui semua orang.

Aku tiba-tiba terpikir hal ini tidak lain dan tidak bukan karena pada suatu hari aku teringat kejadian sewaktu aku masih anak putih-biru. Ibu Anikmah, guru biologiku, memberi jeda sebentar pada pelajarannya. Ia pun bertanya kepada kami, murid-muridnya,
"Siapa di sini yang pernah pacaran atau suka dengan lawan jenis?"
Kami pun saling lirik-melirik. Yang sudah pernah pacaran menganggat tanggan dengan malu-malu sambil tengok kanan kiri. Dari tatapan matanya aku bisa menyimpulkan dalam hati temanku itu berkata "Kamfret, dia pernah pacaran tapi nggak mau angkat tangan" -yah kira-kira seperti itu. Who knows?
Sedang aku??? Karena aku waktu itu masih tergolong unpopular girl di kelas -entah mengapa di saat seperti ini sepertinya bagus mengakuinya- aku pun enggan mengangkat tangan -siapa juga yang tahu aku sedang suka sama orang atau nggak. Sumfeh, aku malu banget. Rasanya kayak rahasia yang selama ini kupendam dibongkar di khalayak ramai. Dan rahasia itu kuanggap setara dengan aib! Teman klopku waktu itu, Sita, juga enggan mengangkat tangan. Jadi aku pun semakin percaya diri untuk tidak mengangkat tangan.
Setelah beberapa saat setelah adegan malu-malu mulai memuncak dengan adanya tuduh-menuduh yang-pernah-pacaran-gak-mau-angkat-tangan, ibu Anikmah pun mengambil alih. Dengan senyum khas beliau, aku pun merasa dag-dig-dug mendengar kata-kata apa yang bakal keluar dari bibir beliau.
"Yang angkat tangan berarti NORMAL. Yang nggak angkat tangan perlu dipertanyakan ke-NORMAL-annya."
Mati saja, aku.

Yang tidak angkat tangan pun mengelak dengan, "Nggak ada yang cocok, Bu."
Hahaha. Haha. Ha. Miris. Aku harus ngecek kenormalanku cuma gara-gara menyembunyikan rasa maluku. Harusnya aku angkat tangan! Harusnya!!!

Jadilah, aku merasa tiga huruf biadab yang kadang bisa lebih namun tidak mungkin kurang itu terkutuk banget. CIE dan keluarganya harus dimusnahkan dari dunia ini. Kalau perlu, ada UU yang mengatur setiap orang yang mengatakan "CIE" mendapat hukuman. Kini kusadari, betapa besar CIE IMPACT yang dulu kau serangkan padaku, kakak. Terima kasih, kakak :')

Benar-benar!
Budaya "cie" itu, entah dari mana asalnya, benar-benar menyesatkan. Korban yang telah menerima serangan tiga-huruf-biadab-yang-kadang-lebih-namun-tidak-mungkin-kurang itu pasti menerima rasa malu yang luar binasa. Dan mempermalukan orang lain itu emaknya biadab! Kalian tidak mengerti betapa malu itu bisa mengakibatkan trauma yang mendalam sampai-sampai seseorang harus mengecek kenormalannya.
Kukatakan, ya ...
Menaruh rasa pada seseorang itu hal yang WAJAR. Sumfeh. Meski pun terhadap seseorang yang tak seharusnya kau cintai! #dalem . Kukatakan, ya. Cinta itu satu dari sekian tanda bahwa elu itu NORMAL. Ya, NORMAL dengan Bold, Italic, dan Underline. Kurang apa, coba?
PERASAAN itu ADA untuk DIKELUARKAN
-NAMUN-
Dikeluarkan, dengan CARA yang TEPAT
Nggak ada yang bisa menahan rasa tanpa merasakan rasa sakit. Karena rasa akan terus memaksa, memaksa, dan memaksa, hingga akhirnya kita tergoda dan menyampaikannya kepada seseorang. Perasaan itu ada banyak, nggak cuma cinta! Kalau cinta ditahan karena rasa malu, rasa sakit bisa saja ditahan karena alasan harga diri!
Kukatakan, ya.
Ketika kau bahagia, tersenyumlah, tertawalah.
Ketika kau sedih, menangislah, menjeritlah.
Ketika kau jatuh cinta, ungkapkanlah, berbahagialah atasnya. Karena kau sudah merasakan kenormalanmu sebagai manusia dan terlebih, kau diberi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa untuk merasakan berbagai macam rasa selama engkau hidup.

Namun perasaan bukan alasan untuk menyakiti orang lain.
Sudah kukatakan, bukan, perasaan itu memang baiknya dikeluarkan, kalau bisa harus, tetapi dengan cara yang tepat. Sebagai permisalan kamu mencintai pacar sahabatmu sendiri, kau bisa mengungkapkannya dengan membantu pacar sahabatmu itu kalau membutuhkan pertolongan. Berbahagialah atasnya. Berbahagialah atas cara mengungkapkan yang kamu bisa lakukan. Karena bagaimana pun, walau betapa tidak cukupnya itu, masih lebih baik dari pada tidak bisa mengungkapkannya sama sekali.

Percayalah, Tuhan tidak akan kejam kepadamu; memberimu kisah cinta yang begitu tragis. Semua akan baik-baik saja tergantung benar-tidaknya caramu menyikapinya. 

Nja~ Kayaknya sekian dulu postinganku kali ini. Perasaan itu, sungguh menakjubkan, bukan? Tuhan, dengan besar kuasa-Nya, mengizinkan kita merasakan berbagai rasa yang menakjubkan itu. Bukankah itu berarti, kita harus bersyukur atas hal yang tak terpikirkan sebelumnya? Bukankah teh tanpa gula itu tidak enak? Apa jadinya kalau kita hidup tanpa perasaan sedikit pun? Hambar? Mungkin lebih ke ... pahit!


CIE IMPACTO

Posted by ayachin
Minggu, 11 Mei 2014

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.
K-On Mio Akiyama

Follow me

Nama Jepangku ~

- Copyright © 2013 Aau-chan's World -Sao v2- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -