Archive for Mei 2013

Minggu, 26 Mei 2013

Hoaaahhmmm ... lelah rasanya. Setelah kemarin seharian nongkrong di depan netbook hanya untuk mendownload anime dari episode 5-13 ._. Pagi ini, ehem, aku kesiangan ._.

Sarapan dengan 2 lembar roti panggang cukup untuk mengganjal perutku *dua roti untuk mengganjal?!* Habisnya ... hari ini Revand, temanku, akan mentraktir di depotnya, depot Arum. Pukul 9 aku dan yang lainnya sepakat. Ah, traktiran ini untuk merayakan ulang tahun Revand 16 Mei lalu. Yaahh ... walau agak "terlambat", yang penting, makan-makan ~ :9

Kali ini hanya beberapa yang bisa datang, diantaranya : aku, wilda, sanah, dian, dani dan almay. Mereka semua adalah teman seperjuangan sewaktu SMP. Acara makan-makan begitu mengasyikkan dengan obrolan-obrolan yang tak pernah lepas jika kami ngumpul-ngumpul : sekolah, bola, dll. Usai acara makan-makan, kami sepakat untuk "mengungsi" ke rumah Almay, yah, rencananya nonton film.

Sesampainya di rumah Almay, kami mulai mengobrak-abrik kaset-kaset film yang ia miliki. Perbedaan pendapat pun mulai menghiasi ruang tamu itu. Ya, semuanya berebut menonton film yang belum pernah ditonton. Tapi pada akhirnya, kami sepakat untuk menonton film "Chinese Zodiac"
Gelak tawa kami pecah tatkala menonton film tersebut. Sungguh mengasyikkan :D

Usai menonton film, kami makan siang di rumah Almay. Ibunda Almay yang sangat baik hati memasakkan makanan untuk kami #wetseahhh. Usai makan, kami mulai bercanda lagi dengan celotehan-celotehan yang mengundang gelak tawa. Selesai makan, kami pun mulai bernarsis ria dengan kamera, ehm, baru milik Almay. Berfoto dengan gaya gokil dari ruang makan, ke tangga, sampai ke atas "atap" rumah Almay. Sebenarnya bukan atap sih ... eee ... atap-nya berupa semen. Ah, intinya itu ._.

Di atas, kami begitu bernarsis ria, yah ... para ladies, sih, kebanyakan. Kami melakukan pose konyol, unik, keren, dan sebagainya. Seperti :
cool ~
Itu ada eyang subur (revand) megang komik terbalik :b
Eyang subur naik sapu :D
Hana, Dul, SET!
Revandman !!!
Dani vs Revand 

Semuanya mengundang gelak tawa. Beberapa moment lucu terabadikan lewat foto. Hari ini, bahkan tak terhitung sudah berapa kali aku tertawa. Tak terhitung sudah berapa kali aku tersenyum. Tak terhitung sudah berapa lama aku merasakan kebahagiaan ... seperti ini.

Yah, kau tahu maksudku.
Wilda, Sanah, Dian, Almay, Dani, mereka adalah teman seperjuangan sewaktu di SMP. Karena kami mengambil program akselerasi (2 tahun), tak heran jika kami bisa akrab seperti ini. Sekelas bersama mereka selama 2 tahun tentu telah menjadikan kami paham akan karakter masing-masing. Tentunya, banyak kisah yang kami rajut bersama. Tidak, kami bukanlah sebuah "genk" atau grup atau ... apa pun istilah lainnya. Kami adalah sahabat, ah, bukan, satu keluarga :)

Kurasa ... kita semua yang telah mengalami perpisahan sekolah pasti memiliki kesan atau perasaan yang dalam. Mungkin, kalian masih merasa ingin kembali ke zaman-zaman SMA (bagi yang kuliah), SMP, SD, atau bahkan TK? Mungkin kita masih merasa sayang melepas teman-teman yang sejatinya telah ada bersama kita, menemani kita, mengukir senyum atau menghapus air mata kita. Walau pun mereka juga pernah memanah busur kekecewaan di hati kita.

Sekolah, memang selayaknya menjadi tempat kita mengukir berbagai cerita dengan teman yang ada di sekeliling kita. Bahkan, sekolah menjadi saksi bisu tentang hal-hal yang kita alami sewaktu "hidup" di dalamnya. Bagiku, masa-masa SMP adalah masa yang teramat sulit untuk dilupakan, dan terlalu berharga untuk dibuang begitu saja. Karena apa? Aku benar-benar memulai semuanya dari nol. Aku memulai kisahku di sana benar-benar dari awal, dari seorang "Aulia" yang tidak memiliki teman sama sekali (karena tidak ada lulusan SD ku yang mengambil akselerasi kecuali aku), sampai memiliki sahabat-sahabat super seperti mereka sekarang ini.

Perpisahanku dengan anggota-anggota "keluarga"ku itu terbilang cukup ... berat bagiku sampai-sampai ketika diawal-awal aku baru masuk SMA, aku masih merasa suasana ketika aku SMP. Masih tidak percaya kalau aku sudah bukan anak putih - biru lagi, melainkan putih - abu-abu. Terlebih, aku harus berpisah dengan orang-orang terdekatku dengan jarak yang begitu ... jauh, Vena dan Mutia diantaranya. Untuk Wilda, Sanah, dan Dani, mereka terpisah denganku dengan catatan masih satu kota.  Almay, Dian, dan Revand? Ah, tiap hari aku masih bisa melihat batang hidung mereka di sekolah :D

Hei, kalian tahu? Perpisahan tidaklah begitu buruk, ia masih memiliki sisi baik. Kebahagiaan yang timbul ketika kita bertemu teman lama akan terasa "lebih" ketimbang bertemu dengan teman yang selalu kita temui setiap harinya. Maksudku, hei, perpisahan membuat kita berada di jalan yang berbeda. Dan ketika jalan itu bertemu kembali pada suatu titik, kita akan mulai menceritakan apa yang dialami kita ketika berada di jalan masing-masing. Dengan kata lain, kita bukan hanya mendengar 1 cerita, melainkan 2 cerita! Malah lebih! Bandingkan dengan kita yang terus-terusan bersama, kita hanya akan mendapatkan satu cerita yang sama, bukan?

Bukankah dengan begini, kita bisa menjadi lebih tahu bagaimana dunia ini?

Bukan begitu, Sahabatku? :)

Beloved Old Friend

Posted by ayachin
Senin, 27 Mei 2013
Oceh. Aku jelaskan sedikit kenapa ada gambar dari anime Love Live! School Idol Project di postku kali ini. Anime ini berceritakan tentang sekumpulan gadis yang ingin menyelamatkan sekolahnya. Berawal dari tiga sekawan Umi, Kotori, dan Honoka yang ingin menyelamatkan sekolahnya dengan cara membuat grup Idola Sekolah. Yah, bisa dikatakan semacam girl group. Mereka ingin menjadi idola agar jumlah murid baru yang masuk ke sekolah mereka memenuhi quota. Jika tidak, sekolah mereka akan ditutup.

Dramatis, ya?
Membuat grup Idola dan menyelamatkan sekolah. Apa kalian pernah terpikir merasakan hal yang sama? Yah, tidak perlu menyelamatkan sekolah, melakukan hal nyata, yang termasuk perjuangan "untuk" atau "bagi" sekolah, pernahkah kalian melakukannya?

Well, itu terjadi padaku.
Sabtu, 18 Mei 2013.
Semua berawal pada Sabtu pagi yang cerah ... Secerah-cerahnya ketika aku tahu kalau aku tidak remedial Biologi. Pagi itu yang tidak mengikuti remedial diminta berada di luar kelas. Tiba-tiba, Ibu Walintje datang. Aku pun menghampiri beliau dengan maksud bertanya tentang kegitan PMR. Percakapan kami pun berakhir di meja pengawas bersama Ibu Lia dan Ibu Tri.

Selang beberapa menit, tiba-tiba Pak Rusdi, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tanjung, datang dan memberikan amplop. Setelah dibuka, ternyata isinya undangan untuk mengikuti Olimpiade Bahasa Inggris tingkat Nasional yang diadakan oleh Universitas Brawijaya Malang (UnBraw). I was so ... SURPRISED! Ini yang kutunggu-tunggu sedari dulu. Aku pun membaca ketentuan (syarat) yang diajukan. Ternyata, dead line-nya tanggal 20 Mei. Lebih jelasnya, seperti ini :

Sekolah konfirmasi untuk mengikuti olimpiade ke UnBraw -> UnBraw mengirimi soal olimpiade ke sekolah -> sekolah mengadakan olimpiade -> jawaban olimpiade dikirim ke UnBraw.

Masalahnya, aku harus mencari paling tidak 40 siswa yang mau mengikuti Olimpiade ini, dari kelas X dan XI. Jika tidak, maka, kesempatan mengikuti event ini akan gagal. Pak Rusni memintaku mencari 40 peserta, jika sudah dapat, maka Olimpiade akan dilaksanakan pada hari Senin (20 Mei), dan pada hari itu pula jawaban akan dikirim ke UnBraw.



 Aku pun mulai promosi ke beberapa kelas terdekat seperti X-2. Hanya beberapa orang yang bersedia ikut. Aku mulai frustasi. Bagaimana caranya mencari 40 peserta dalam waktu beberapa jam? Dibantu dengan Anti, kami mulai mencari peserta. Berulang kali kami bolak-balik untuk mengurus olimpiade ini. Jalan terasa lebih mudah tatkala ibu Nurmiani mau membantuku mencari peserta. Perncarian diawali dengan mendata murid yang kiranya mampu mengikuti olimpiade ini. Mulai dari X-1 sampai X-7. Usai mendata, kami pun langsung terjun ke lapangan untuk meminta secara langsung. Tak disangka, tenyata banyak yang ikut. Karena terlalu banyak dari kelas X, ada beberapa kelas yang terpaksa tidak ditawari. Kami juga harus bersikap adil kepada kelas XI yang mungkin juga ingin mengikuti olimpiade ini. Kami pun mencari ke kelas XI, dimulai dari XI IPA I - XI IPA 3, dilanjutkan dengan XI IPS dan terakhir dari kelas XI Akselerasi.

Pada akhirnya, aku tidak belajar apa-apa hari ini kecuali Biologi, itu pun hanya sebentar.

Kelas XI Akselerasi menjadi penutup perjuanganku sekaligus penutup akhir pelajaran hari ini. Akhirnya, aku mendapatkan 40 peserta yang mau mengikuti olimpiade ini. Tak kusangka, hal-hal yang biasa kutonton di anime-anime Jepang ternyata terjadi padaku. Ini membuka mataku lebar-lebar bahwa "khayalan tidak selamanya abstrak, ia bisa menjadi nyata"

Tamat.

Tidak, masih ada kelanjutannya.
Usai mendapatkan 40 peserta, aku masih memiliki tugas untuk mendata nama peserta dan menyerahkan datanya ke staf Tata Usaha (TU). Aku pun mulai mendata dan memperbaiki tulisan yang acakadut agar terlihat rapi dan sopan. Usai pendataan selesai, aku dengan bahagianya pergi ke ruang TU. Siang itu, hujan ringan turun. Ternyata ...

Ruangan TU -> TUTUP.

Aku pun pulang dengan frustasi. Aku tidak mempedulikan hujan, atau sedingin apa hawa yang kurasakan. Apa perjuanganku sia-sia? Aku ... argh ... aku kacau.
Aku mencoba menahan air mata. Rasanya pikiranku kosong, dan hampa. Rasa lelah setelah mengusahakan semuanya, berakhir begitu saja?

Sesampainya di rumah, aku melakukan rutinitas seperti biasa. Mataku tak henti memandang kertas yang berisi syarat serta ketentuan untuk mengikuti olimpiade. Mataku tertuju pada Contact Person. Akhirnya, aku memberanikan diri menelpon dengan gagah berani menggunakan ponsel Ayahku.

Aku : "Halo, selamat siang"
ODCPYMTK* : "Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?"
Aku : "Saya dari SMA Negeri 1 Tanjung. Saya ingin bertanya, apa benar dead line pengiriman jawaban tanggal 20 mei?"
ODCPYMTK : "Oh, itu ada kesalahan, Ibu. Yang benar tanggal 26 Mei. Akan tetapi, karena 26 Mei hari minggu, maka diundur satu hari menjadi tanggal 27 Mei atau hari Senin."
Aku : "Oo begitu ya, Pak. Terima kasih infonya"
ODCPYMTK : "Iya, sama-sama"

Tuuuuttt .. teleponnya mati.
Aku terdiam sejenak. This is ........................... MIRACLE!
Aku loncat-loncat di kamar, "Perjuanganku tidak sia-sia!"

Kali ini, aku merasakan realita hidup yang begitu nyata. Yang tidak hanya ada di tipi-tipi atau pilem-pilem. This is how life supposed to be; REAL.





*PS : ODCPYMTK = Orang Dari Contact Person Yang Menjawab Telpon Ku

Struggle

Posted by ayachin
Kamis, 23 Mei 2013
Kamis, 16 Mei 2013

Hari ini ... mungkin adalah hari di mana mataku sangat terbuka lebar, pakai banget. Hari di mana aku menyadari "Aku tidaklah sendirian" "Not only me but also them". Cerita bermula pada ...

Pelajaran TI.

Waktu itu sedang diadakan ulangan lisan. Jadi, satu per satu siswa maju ketika dipanggil. Mereka akan ditanya seputar mail merge. Semakin tidak tahu semakin lama ulangannya. Untungnya aku sudah ulangan jauh-jauh hari. Dan ketika pelajaran TI, aku bisa bersantai dengan menaruh kaki di atas meja , sama seperti hari Kamis ini.

Karena bosan, aku mencoba menyibukkan diri. Jadi, aku dan Anti, temanku, pergi ke UKS. Toh kami nggak bakal ngapa-ngapain di kelas. Siapa tahu di UKS bisa bersantai. Aku meminta Seha mengatakan kepada Bapak Rahman jika Pak Rahman mencari kami.

Di UKS, aku berbincang sedikit dengan Ibu Walintje tentang ekskul PMR. Usai berbincang, mataku tiba-tiba menangkap tumpukkan brosur yang kurang rapi . Aku pun tertarik untuk melihat-lihat. Ternyata, itu adalah tumpukkan brosur universitas-universitas yang ada di Indonesia. Aku dan Anti pun sepakat merapikannya, siapa tahu mendapatkan universitas yang diinginkan kelak jika sudah lulus nanti.

Kami pun merapikannya dengan mengumpulkan brosur-brosur yang sejenis. Tidak seperti yang kukira, ternyata merapikannya cukup membuat badanku bermandikan keringat. Usai merapikannya, aku dan Anti berbaring di kasur. Kebetulan, saat itu tidak ada yang sakit.

Aku berbaring. Memandangi langit-langit sebentar kemudian memulai pembicaraan.
"Anti, pernahkah kamu berpikir alasan mengapa kita dilahirkan di keluarga kita? Maksudnya, kenapa nggak di keluarga lain saja yang misalnya ... kaya, alim, perfect lah pokoknya. Ya ... siapa tahu kita bisa sekolah di luar negri, atau ... yah, paling nggak kita bisa lebih 'enak' daripada sekarang. Yah, aku ada beberapa masalah sama ortuku, ya ... maksudnya mamaku"

"Sama. Aku kadang kesal sama mamaku. Semuanya dilarang. Nggak boleh ini nggak boleh itu. Aku merasa tertekan. Masak kebanyakan dimarahi, nggak masak apalagi. Banyak lagi lah pokoknya ..."

Aku menjawab
"Apalagi jika perlakuan kita dibedakan dengan kakak. Rasanya kayak di-anak-tiri-kan. Kadang kesal, merasa tertekan, stres. Apalagi kalau kita lagi sibuk-sibuknya belajar, malah disuruh ini itu."

"Anti, apa kamu percaya, reinkarnasi itu benar-benar ada?"
"Maksudnya, misalkan kita meninggal kemudian dilahirkan kembali di tubuh yang baru, dunia yang baru, dunia yang kita impikan selama ini ... apa semua itu yang kita mau?"

Anti menggeleng. "Entahlah."

Setelah berbicara lebih lanjut dengan Anti, barulah aku menyadari kami banyak memiliki kesamaan masalah yang dihadapi di rumah. Aku merasa tidak sendirian. Aku punya teman yang mengerti bagaimana rasanya ketika orang tuamu mengatakan "Nak, hati-hati, ya. Jangan ngebut, motor diparkir baik-baik, kalau kecelakaan bapak/ibu nggak bisa belikan motor lagi."

Kemana hilangnya perkataan "Kalau kecelakaan nyawa nggak bisa diganti, motor masih bisa" ?






Awkward.


Mulai saat itu, aku menjadi semakin dekat dengan Anti. Kami jadi sering melakukan beberapa hal bersama.

Tamat.


Tidak, cerita ini bukan berakhir sampai di sini. Ada beberapa percakapan yang belum kuceritakan.
Aku : "Kalau kita melihat orang yang hidupnya enak, kita jadi iri ya , Ti."
Anti : "Iya, tapi coba kita lihat orang yang berada di bawah kita, orang yang nasibnya masih di bawah dari kita, kita jadi kasihan dan bersyukur pada hidup kita sekarang ini."
Aku terdiam. Tiba-tiba sesuatu memasuki pikiranku.
Aku : "Ti, Melihat ke atas langit membuat bumi serasa tak ada apa-apanya. Melihat ke bawah serasa kasihan menginjak bumi." ... bukankah itu perumpamaan yang 'pas' ?

Semua itu membuka mataku lebar-lebar. Bahwasanya, apa yang harus kita lakukan adalah "bersyukur", bukan berharap reinkarnasi itu ada dan terjadi pada diri kita. Jika kamu hidup sebagai (baca dengan nama panjangmu) dan selama hayat-hidupmu kamu telah tertawa bahagia sebanyak sejuta kali, jika kamu dilahirkan kembali, apa kamu akan mendapat tawa sebanyak itu juga di kehidupanmu yang lain? Oh, mungkin jika kamu mengingat telah tertawa terbahak-bahak bahkan sampai mengeluarkan air mata misalnya dikarenakan hal-hal seperti "prikitiw", apa dikehidupan yang lain kamu juga akan tertawa karena hal yang sama?

Sepertinya ... tidak.

Oh, aku teringat sesuatu. Saat itu pelajaran Geografi. Ibu Lia memberikan refreshing sebentar dengan melihat ukuran-ukuran seorang perempuan dikatakan cantik. Orang China dulu berpendapat, wanita berkaki pendek itu cantik. Menurut suku Kayan di Myanmar, wanita berleher panjang itu cantik. Dan masih banyak menurut-menurut yang lainnya!

Apa hubungannya? Jelas ada!

Jika kamu melihat tingkat keberuntungan seseorang dari kaya atau tidaknya dia, bersekolah di sekolah mahal, wajah cantik / tampan, memiliki suara merdu, tinggi, atau yang lainnya yang tidak ada pada dirimu, kamu salah.

KAMU BERUNTUNG, TAU !

Kamu beruntung bisa dilahirkan di dunia! Merasakan hangatnya mentari, segarnya menghirup udara, tertawa bahagia, dan yang terpenting , Kamu memiliki orang tua yang menyayangimu!

Kita semua BERUNTUNG!
Bukan dari kekayaan, bukan dari merk HP, bukan dari talenta,

Kita semua sudah beruntung sejak kita dilahirkan bahkan sejak ruh kita ditiupkan ke janin yang ibu kita. Kita BERUNTUNG, sungguh BERUNTUNG.

Hanya saja ... kita tidak menyadarinya. Bahkan lupa untuk bersyukur kepada-Nya.
Banyak-banyaklah bersyukur, niscaya Tuhan memberi kita nikmat yang banyak.

Aku percaya tak ada seorang pun dari kita yang suka kepada orang yang tidak berterima kasih kepada kita jika kita memberi sesuatu padanya.

BerSYUKURlah, karena kamu BERUNTUNG! :)

Reinkarnasi, do you believe it?

Posted by ayachin
Jumat, 17 Mei 2013

Perasaan aneh menghampiriku. Perasaan malu, sedikit menyesal bercampur aduk dalam diriku. Entah orang macam apa aku ini yang tergambar di dalam benaknya. Orang yang aneh? Sepertinya begitu. Mungkin tidak seharusnya aku menghampirnya. Tidak, setidaknya dengan ini aku dapat berbicara sedikit dengannya. Tapi ... ah, perasaanku kacau.

Kulangkahkan kembali kaki ini ke tempat asalku yang bersih dari kepulan asap rokok. Kuraih gagang cangkir kopi dan menghabiskannya dalam waktu singkat. Barangkali, perasaan kacau ini dapat berkurang. Pandanganku tertuju pada jendela itu lagi. Bodoh, jika aku tidak menghampirinya mungkin aku dapat melihatnya sedikit lebih lama.

Sang rembulan akhirnya terbit. Setelah peristiwa ini, kira-kira masih bisakah aku bertemu dengan perempuan di mimpiku itu? Aku ingin memastikan kebenaran antara kedua perempuan ini. Jika sudah bertemu dengannya di mimpi, kupastikan untuk berbicara padanya kali ini.

Cahaya terang mengetuk kelopak mataku. Dengan enggan, aku berusaha membukanya.

“Hah? Sudah pagi? Tapi ... aku bahkan belum .... bermimpi.”

Kecewa. Aku sangat kecewa. Apa yang salah dengan tidurku? Tak ada yang berbeda, sungguh. Ke mana perginya mimpi itu? Kuingin bertemu dengannya sekali lagi, walau hanya dalam mimpi. Jangan, kumohon jangan buat aku menyesal karena tidak berbicara pada perempuan itu pada mimpi sebelumnya.

Jika kau menyuruhku untuk melupakan semuanya begitu saja, sulit, jujur saja. Aku juga tidak mengerti dengan rasa penasaran ini. Rasa ini terus dan terus saja mendorongku untuk mengetahuinya. Mengetahui, siapa sebernarnya perempuan itu. Perempuan yang ada di dalam mimpiku, dan perempuan yang kutemui kemarin. Apakah mereka orang yang sama? Jika iya, mengapa ia hadir dalam mimpiku? Oh, setidaknya aku harus menanyakan, “Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
Kupejamkan kembali mataku. Berharap, aku dapat tidur kembali dan pergi ke alam mimpi. Namun, ternyata tak sejalan dengan harapanku. Kuremas kuat-kuat selimut yang menutupi tubuhku. “Kembalikan aku ... pada mimpi itu”. Aku enggan beranjak dari tempat tidurku. Aku menutup mataku dan mulai menerawang kembali sosok perempuan dalam mimpiku.

Perempuan itu. Memang perempuan yang ada di dalam mimpiku.

Seseorang menepuk pundakku dari belakang. Betapa terkejutnya aku. Sebagai sebuah bentuk refleks, aku memalingkan badan ke belakang.

“Kamu?”

Perempuan itu begitu saja berada di hadapanku.

“Kemana saja kamu?”

Aku terdiam. Sungguh aku tidak mengerti dengan pertanyaan yang ia lontarkan.

“Maaf?”

“Kamu hadir dalam duniaku, kemudian pergi begitu saja. Kemana saja kamu?”

Dia memelukku. Kini rasa penasaranku berubah menjadi sebuah tanda tanya yang teramat besar. Hei, bukankah ini masih di alam mimpi? Aku melangkah mundur, membuat perempuan itu melepaskan pelukannya dariku. Tiba-tiba suara bising terdengar di mana-mana. Aku menutup telingaku namun perempuan itu berdiri dengan tenang.

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”, teriakku.
Perempuan itu menjawab. Namun, aku tidak dapat mendengarnya. Suara bising ini membuatku pusing sampai-sampai aku tak dapat membaca gerak mulutnya. Perempuan itu berbalik dan melangkah pergi meninggalkanku.

“Hei! Aku tak dapat mendengarmu!”

Ia menghentikan langkahnya. Ia menoleh kebelakang, ia melempar sebuah senyuman dan sebuah anggukan kecil. Kemudian, ia kembali pada jalannya dan menghilang.

Aku pun terbangun dengan dering jam weker yang rupanya telah berbunyi sedari tadi.

“Begitu, ya”

Perempuan Dalam Mimpi (Episode 2)

Posted by ayachin
Rabu, 08 Mei 2013

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.
K-On Mio Akiyama

Follow me

Nama Jepangku ~

- Copyright © 2013 Aau-chan's World -Sao v2- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -