Archive for November 2014

Ceilah ... judulnya tumben banget suasananya mellow mellow gimanaa gitchu. Oke, langsung aja welcome back pembaca nyasar blog Aau-chan's World, pada post kali ini mungkin akan lebih sedikit ke ... curhat. Gak apa-apa kan yah? Gak apa-apa dong, suka-suka yang punya blog lah. Iyakan? Iyadong. Oke. Stop. -_-"

Hari ini ... adalah hari selasa. Di sekolah, aku melewatinya dengan cukup senang dan seperti biasa ada beberapa moment yang bikin aku feel lonely. Yah, namanya juga nggak punya temen yang heart-to-heart banget alias gak punya temen berduaan. Adanya berlimaan. Nah, dari yang berlimaan itu, aku dapet bagian moment yang, kadang mereka asyik berempat dan aku ketinggalan sendiri. Kadang, oke, kadang. Dan di moment-moment itulah, I feel lonely inside.

Ehe, ehm.
Hari ini aku punya planning pergi ke Pameran Buku Hemat M*zan sepulang sekolah. Pameran ini digelar di salah satu ruko yang berada tidak jauh dari rumahku. Pamerannya tidak begitu besar seperti namanya, tetapi koleksi bukunya bisa dibilang lumayan, lah. Beberapa buku yang kupikir tidak akan kutemukan di sana, ternyata ada. Seperti #Allegiant atau #UnravelMe yang termasuk buku baru dari M*zan.

Malam sebelumnya aku telah searching buku-buku terbitan m*zan yang pingin kucari. Dan berikut datanya :
1. Shatter Me Trilogy by Tahereh Mafi
#1 : Shatter Me
#2 : Unravel Me
#3 : Ignite Me

2. The Maze Runner Trilogy by James Dashner
#1 : The Maze Runner
#2 : The Scorch Trials
#3 : The Death Cure

3. Maximum Ride Series by James Patterson
#1 : The Angel Experiment
#2 : School's Out - Forever
#3 : Saving The World and Other Extreme Sports

Aku membuat list sebanyak itu sebagai antisipasi kalau-kalau ada buku yang tidak kutemukan di sana. Pada akhirnya, aku hanya menemukan dua buku dari list di atas. Sekitar pukul lima sore tadi, aku dan Beat tersayangku melancong ke pameran tersebut. Cuaca cukup cerah, alhamdulillah. Setibanya aku di sana, aku langsung menyerbu buku-buku yang disinyalir memiliki kategori m*zan fantasy karena yep! Semua buku-buku dari list di atas genrenya adalah fantasy.

Aku menemukan beberapa judul dari m*zan fantasy yang hampir menggoda imanku. Karena tidak melihat sedikitpun dari judul-judul list di atas, aku hampir membeli buku lain. Untunglah, karena kegigihanku -ceilah- aku mampu menemukan The Scorch Trials dan The Death Cure. Sedikit mengecewakan, sebenarnya, karena aku tidak mendeteksi adanya buku #1 yaitu The Maze Runner. Tapi pada akhirnya kuboyong juga dua buku ini mengingat harganya yang terlampau murah yaitu seharga 25 rebhau per-buku dan keyakinanku bahwa suatu hari nanti, aku akan menemukan buku pertamanya. Aku yakin. Pasti.

Aku juga menemukan judul Pandemonium pada rak yang sama yang ternyata adalah buku #2 dari Trilogy Delirium. Jauh hari sebelumnya, eh, jauh bulan deng, ada bazaar buku yang diselenggarakan oleh Gramed*a. Pada bazaar itu, aku membeli novel Delirium karena harganya yang murah yaitu 20 rebhau. Kapan lagi coba nemuin novel tebel, New York Times Bestseller, punya penghargaan, dan yang terpenting, murah meriah! Karena tidak disebutkan di covernya bahwa ini trilogy, jadilah aku membelinya. Itung-itung nambah koleksi novel fantasy. Setelah melihat Pandemonium dan covernya yang mengatakan bahwa Pandemonium adalah buku #2 dari Delirium, mau-tidak-mau aku membelinya. Daripada membeli lain hari, terus harganya naik? Jadilah aku membeli tiga novel; Pandemonium, The Scorch Trials, dan The Death Cure.

Mungkin ada yang bertanya-tanya, apa sih serunya novel fantasy? Fantasy? Ah, bacaannya berat. Bikin banyak mikir. Capek hati baca, kudu perlahan-lahan bacanya supaya ngerti. Ah, tebel, bikin males baca. Fantasy? Kayak Harry Potter gitu? Ahaha, mending nonton film-nya, mah! Dan lain-lain ... dan lain-lain.

Contohnya aku. Ya, dulu aku berpikiran seperti itu. Dulu, tak sedikitpun aku tertarik sama yang namanya novel fantasy karena, yep, firstly, bacaannya tergolong berat untuk manusia sepertiku. Jika konsentrasiku lepas, maka aku harus membaca paragraf itu dua kali atau lebih. Dengan kata lain, perlu konsentrasi yang kuat untuk membaca novel fantasy. Kedua, imajinasi rendah. Novel fantasy akan menyuguhkan latar yang terkadang, sangat suswah -dengan w, satu tingkat lebih tinggi daripada susah- sekali dibayangkan. Seperti latar di novel Divergent contohnya, ketika aku telah menonton filmnya, latar yang kubayangkan dengan latar di film itu sangat berbeda jauh. Ketiga, covernya yang kadang kurang menarik. I know, I know, Don't judge a book by its cover. But, I dont know why, dulutuh aku suka ngeliat buku dari sampulnya. Apalagi kalau sampulnya mengandung kata-kata manis bin so sweet, beugh~ -yang tidak lain dan tidak bukan ditemukan pada novel romance.

Tapi sebenernya, novel fantasy itu justru hebat lho! Aku menyadari kehebatannya setelah suatu hari ketika aku sedang berselancar di dunia maya dan menemukan gambar ini :
mind's blowing
Hatiku bener-bener tersentuh ketika melihat gambar ini yang 100% ugly truth banget buat aku, dan mungkin kamu juga. Iya, kamu~

Aku sadar bahwa, dengan membaca, apalagi novel bergenre fantasy, itu sebenernya melatih otak buat berimajinasi. Ber-fantasy. Tapi kalau modal nonton, kita nggak membayangkan apa-apa meski yah harus diakui bahwa sensasi nonton dan baca itu sangat berbeda. Tapi, think of all, membaca lebih memberi dampak positif bagi kemajuan otak.

Kemudian, membaca novel dapat melatih konsentrasi kita. Semakin sulit bacaanmu, semakin tinggi juga konsentrasimu. Sisanya tinggal membiasakan. Membiasakan diri membaca bacaan berat. Sesudahnya, Insya Allah urusan konsentrasi kita mah jagonya -dalam beberapa hal lho yah.

And then, masalah cover. Ini nih penyakit yang sampe sekarang belum sembuh-sembuh juga dariku. Cover Divergent aja deh, contohnya. Berlatar biru tua kehitaman kemudian ada semacam bola api menyarak di atasnya dan tulisan Divergent tentunya. Sekilas, aku tak akan tertarik untuk membacanya. Tapi, kalau bukan seseorang yang berjasa itu, aku tak akan pernah tahu betapa menariknya novel ini. Untuk mengatasi masalah cover, ada baiknya sebelum beli novel, eh, ke toko buku deh, kalian searching aja dulu novel-novel yang bagus. Entah dari rate-nya, atau mungkin penghargaan dari novel itu, atau sinopsinya, se-te-rah! Awalnya aku kaget ketika melihat cover The Death Cure yang warna latarnya mirip merah bata kecoklatan, sampai berfikir "Gak mungkin ini, kan, novelnya? Yang Trilogy The Maze Runner itu?" tapi karena yakin isinya bagus, aku pun sedia membelinya.

Kesukaanku pada novel fantasy seperti yang kubilang merupakan hasil dari jasa orang itu. Orang yang pernah menjadi seseorang yang paling berharga di hidupku. Ia mengenalkanku pada novel Divergent, lalu, Insurgent -buku kedua trilogy Divergent. Dia yang membuatku tertarik pada serunya berimajinasi di dunia fantasy. Akupun masuk dalam dunia yang sama dengannya. Aku menikmati waktu-waktu dimana kami berbincang tentang dunia itu -dunia fantasy. Membicarakan tokoh, alur, latar, kelanjutan novel, novel fantasy yang ingin dibeli, dll. Aku menikmati semuanya. Namun sekarang, tiada lagi orang yang akan membicarakan semua hal itu padaku. Tidak ada lagi.

Kadang aku kesepian, karena tidak ada orang lain yang bisa kuajak berbicara tentang novel fantasy. Rasanya sepi, menikmati kesenangan sendiri. Apalah artinya mendapati moment lucu jika hanya kau yang tertawa? Sepi bukan? Nah, begitulah kira-kira aku.

Usai transaksi jual-beli berakhir, aku langsung pulang. Kulirik kembali novel Allegiant -yang merupakan novel ketiga dari trilogy Divergent- yang berada di bagian bawah rak. Aku pun bertanya-tanya, apakah dia telah membacanya? Bagaimana ceritanya? Haruskah aku belikan untuknya? Tidak. Tidak. Tidak. Dompetku bisa kempis seketika. Sampai sekarang, aku masih belum tahu kelanjutan cerita Tris dan Tobias pada trilogy Divergent. Aku membaca Divergent dan Insurgent dengan modal pinjam dari orang itu. Komunikasi kami bisa dibilang lost, yang sangat kusayangkan sebelum ia memiliki Allegiant dan sebelum aku meminjamnya lagi. --> gak modal.

Entahlah sekarang. Aku tidak tahu apakah ia sudah memiliki Allegiant atau belum. Terakhir yang kutahu, dia membeli Trilogy The Hunger Games dan novel romance The Fault in Our Stars. Hanya itu. Dan itu sudah ... beberapa bulan yang lampau.

Inilah aku, dan ceritaku berhubungan dengan novel fantasy. Setiap aku membeli novel fantasy, yang kupikirkan hanyalah dirinya. Maksudku, tentang semua pertanyaan-pertanyaan ini; apakah dia telah memiliki novel ini? Tahukah dia bahwa novel ini adalah novel yang ratingnya bagus? Novel fantasy apa yang sekarang ia baca, kira-kira? Masihkah dia berburu novel fantasy? Bolehkah aku meminjamnya nanti? Dan lain-lain ... dan lain-lain ...

Aku merindukanmu, sungguh. About all the talk. About what we've shared.
Karena kesenangan ketika membaca novel fantasy, rasanya belum afdhal jika tidak dibagi dan dibicarakan kepada orang yang sama-sama menyukai novel fantasy.


Unfinished Story -cerita yang belum terselesaikan.
Itulah yang menggambarkan perjalananku dalam membaca trilogy Divergent. Masih ada satu buku lagi dan I wonder where would I find orang yang akan meminjamkan aku novel itu. Bukannya aku nggak modal banget untuk membeli Allegiant, hanya saja aku tidak suka hal-hal yang setengah-setengah. Kalau mau beli Trilogy, ya beli semuanya. Dan nggak mungkin aku beli Divergent dan Insurgent, aku sudah membacanya. Kalaupun mungkin, itu adalah ketika harga dua novel itu sudah rendah. HUAHAHAHAHA. --> sumpah ini perkataan orang yang nggak modal banget.

Aa .. quotes, ya. Quotes untuk hari ini apa ya?

Kebahagiaan barulah terasa lengkap jika kamu memiliki seseorang untuk saling berbagi.

Saya Aau-chan ...
sekian.

Merindumu - Unfinished Story

Posted by ayachin
Selasa, 11 November 2014

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.
K-On Mio Akiyama

Follow me

Nama Jepangku ~

- Copyright © 2013 Aau-chan's World -Sao v2- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -