Posted by : ayachin Kamis, 21 Mei 2015

Kemarin, aku baru sadar bahwa followerku di instagram berkurang satu. Kemarin juga aku baru sadar bahwa kontak di BBM berkurang satu sehingga jumlah grup kontak Ichiban no Tomodachi tersisa 8. Dan kemarin aku juga ter-sadar bahwa aku kehilangan seorang sahabat.

Some feeling could be come true.

Sekilas info, aku ini termasuk cewek yang feelingnya lumayan works. Apalagi feeling nggak enak bertema kehilangan. Akan kuceritakan padamu beberapa cerita yang based on true story tentangku, dan feeling-kehilangan-ku.

Dulu, aku punya kucing yang mama beri nama Tuning karena warnanya kuning. FYI, Mama selalu memberi nama Tuning untuk semua kucing kuning di dunia yang mama jumpai. Suatu hari, aku yang berada di ruang tamu memandang ke pelataran rumahku dan mendapati Tuning sedang berjalan mengikuti gebetannya. Tiba-tiba aku merasakan feeling aneh. Aku berpikiran, "Bawa masuk aja kali, ye, si Tuning." Tapi di sisi lain aku juga berpikir "Ah, entar ngeganggu dia lagi PDKT sama ntu kucing. Biarin aja deh."
"Tapi kok aku ngerasa nggak enak ya."
"Ini pertanda apa."
"Apa ini cuma dilema?"
Hitung menghitung timbang menimbang, pada akhirnya aku hanya membiarkan si Tuning pergi. Keesokan harinya, si Tuning tidak datang ke rumahku lagi. Hari-hari selanjutnya pun demikian. Kabar yang aku dapatkan kemudian, Tuning telah tewas ditabrak motor.

Masih tentang kucing, mari kukenalkan padamu Tuning Part II. Sudah beberapa tahun terakhir keluargaku tidak memelihara kucing lagi. Namun, terkadang ada saat dimana ada kucing tetangga yang ngeloyor main ke rumah. Kalau kucingnya cakep, kami ajak main dan kasih makan. Kalau kucingnya kotor kami usir. Tapi jarang sih ada kucing kotor masuk, biasanya cakep semua. Nah, si Tuning Part II ini adalah kucing tetangga seberang yang mama pinjem dan bawa ke rumah pulang dari mesjid. Tuning Pt.II ini menjadi primadona karena badannya yang super gendut. Kekurangannya adalah karena Tuning Pt.II suka berkelahi, maka wajahnya full of luka. Tapi kami tetap sayang Tuning Pt.II, kami kasih makan kami ajak main. Dan akhirnya Tuning Pt.II pun jadi sering main ke rumah, bahkan ampe nginep selama bermalam-malam.

Suatu siang ketika aku ingin pergi, Tuning Pt.II berbaring di dekat pintu. Aku mendapat feeling aneh yang membujukku untuk membawanya masuk ke rumah. Namun dilema selalu terjadi. "Ah, dia udah PW gitu masa aku angkat." Lalu itulah menjadi pembelaan terakhirku hingga akhirnya aku tak pernah melihatnya lagi. Kabar yang kami dapatkan Tuning Pt.II juga tewas ditabrak motor.

Dan terhadap orang yang meng-unfollow, mendelcon, dan pergi dari hidupku kemarin, aku juga sempat merasakan feeling yang sama. Pada saat acara pengukuhan, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dengannya. Ia bahkan rada-rada enggan berfoto denganku. Kami hanya berfoto satu kali, dan itupun menggunakan kameranya. Aku tak pernah tahu bagaimana hasil fotonya. Padahal aku sangat senang sekali melihatnya mengingat aku mendengar rumor bahwa dia tidak akan datang dikarenakan harus pergi ke Banjarmasin.

                                                     Boku wa Tomodachi ga Sukunai NEXT eps. 8

Ya, menyedihkan saat seseorang menghilang dari hidupmu tanpa memberitahu.
Apalagi orang yang kau anggap sahabat.
Bukan cuma sahabat, tapi sahabat nomor 1.
Sahabat, yang katanya orang yang ada untukmu walau 1001 orang pergi meninggalkanmu.
Apa aku telah keliru dalam mendefinisikan arti kata "sahabat"?
Tidak aku tidak keliru.
Hanya saja di sini aku ... yang ditinggalkan.


Kalau kureview ulang kilas balik dunia persahabatanku, aku memang tak pernah becus dalam bersahabat. Saat aku kecil, aku bersahabat dengan 3 orang tetanggaku tapi kini kami sudah tidak akrab lagi (kami beda umur dan sekolah yang berbeda memisahkan kami). Saat aku SD, aku pernah dimusuhi oleh teman-teman sekelasku. Saat aku SMP, aku kembali dimusuhi oleh teman-teman sekelasku. Dan ketika aku SMA, aku kehilangan sahabat yang sangat berarti untukku.

Aku ini ... payah, bukan?

Dimusuhi satu kelas bukannya tidak membawa dampak apa-apa bagiku. Aku sempat menjadi orang yang "sahabat? Aku tidak peduli apa itu sahabat. Mereka hanya orang yang datang padamu lalu ketika kau sakiti mereka membuat komplotan dan bersatu memusuhimu."
Aku pernah berpikir untuk menjadi orang yang berdiri dengan kedua kakiku sendiri. Berjalan tanpa ada yang menemani. Tersenyum untuk berpura-pura mengerti. Tertawa untuk pura-pura menikmati. Aku pernah menjadi orang yang super palsu. Super muka dua. Tapi saat kutemukan manusia-manusia yang kemudian dengan beraninya aku mencap mereka sahabat dan kukategorikan mereka dalam Ichiban no Tomodachi, kutemukan diriku lepas dari segala kepalsuan.

Aku adalah Aulia yang sebenarnya ketika aku bersama mereka. Tak ada keraguan untukku untuk tertawa keras. Untuk tersenyum pada hal yang benar-benar kunikmati. Untuk menjadi aneh dan absurd. Kutemukan diriku yang sesungguhnya bersama mereka karena itu ...
karena itu aku berani ...
mencap mereka sebagai ...
sahabat.

Pada akhirnya it makes nonsense. Aku tak dapat menutup kemungkinan suatu hari salah satu atau semua dari mereka akan meninggalkanku.

Dampak apa yang kudapatkan usai peristiwa kehilangan yang entah keberapakalinya ini?

Yah, aku mulai berpikir untuk menjadi sosok yang baru. Sosok yang independen. Aku tidak akan terjebak dalam klise persahabatan karena mau itu sejati atau tidak, seseorang masih dapat datang dan pergi darimu. 

Aku akan menjadi orang yang bebas berteman dan mandiri dari teman. Aku tidak akan bergantung pada kebahagiaan yang hanya bisa didapatkan bersama teman tapi aku akan mencari kebahagiaanku sendiri. Aku akan menonton anime, drama korea, bertarung dengan diriku sendiri untuk mencapai puncak impianku selama ini, dan berinteraksi dengan dunia luar seperlunya saja.

Mungkin kau akan menilaiku terjatuh dalam sisi gelap. Namun percayalah, aku tidak berada di sisi manapun. Tidak di dalam sisi terang, atau sisi gelap. Aku mencampur kedua sisi itu dan menciptakan sisiku sendiri. Sisi kelabu -mari kita menyebutnya begitu.

Bagaimana dunia sisi kelabu ini? Sisi kelabu adalah dunia yang terlihat sangat labil, namun sebenarnya dunia yang sangat fleksibel. Karena penghuninya mampu menyesuaikan diri dengan penghuni sisi terang dan gelap tanpa menjadi bagian dari kedua sisi yang saling bertolak belakang. Namun sayang, kelemahan dari para penghuni sisi kelabu adalah ...

...mereka kadang -bahkan sebagian besar- meragukan karakter aslinya sendiri.

Dari semua kejadian yang pernah terjadi dalam dunia persahabatanku, ada satu dampak yang sangat besar dalam hidupku sampai-sampai aku tidak tahu harus senang atau sedih karenanya. Dampak ini tidak dapat kudefinisikan sebagai dampak positif atau negatif, dampak ini lebih dapat didenifinikan sesuai keadaannya yang menguntungkanku atau justru merugikanku. Dan dampak itu adalah; 
"susah nangis."
Barusan ada yang udah ngucapin what the f- ?

Ya, susah nangis. Itu adalah dampak terbesar yang kurasakan hingga saat ini dan mungkin untuk kedepannya juga. Menurutmu itu hanya hal kecil? Tidak. Susah nangis benar-benar bukan hal kecil, apalagi jika disertai perasaan hampa dalam dirimu yang seolah tidak merasakan apa-apa.

Seperti ketika Tuning Pt. II mati, aku tidak merasa sedih ataupun kehilangan yang begitu dalam sampai-sampai mengeluarkan air mata. Aku hanya seperti "Oh, begitu ya. Jadi begitu."
Dan tidak merasakan apapun ketika harusnya kau sedih dan kehilangan, membuatku muak pada diriku sendiri.

Sekarang ini, aku juga sedang muak pada diriku sendiri. Pada diriku yang nampaknya tidak terlalu sedih ataupun kehilangan setelah ditinggalkan oleh sahabat. Aku baru menyadari sahabatku meninggalkanku tadi malam, tepat sebelum ingin tidur, aku gemetaran dan ingin sekali menangis. Ingin sekali terluka. Ingin sekali sedih sejadi-jadinya. Ingin sekali seperti di film-film dimana aku tidak bisa tidur hanya karena kepikiran. Tapi semua itu tidak terjadi padaku. Rasanya aku ingin berteriak keras namun tak mungkin, hari sudah malam. Aku benci pada diriku yang begitu dingin. Ya, hatiku telah beku. Tak dapat merasakan apa-apa.

Kini aku harus bertahan dengan hati yang beku ini, sampai kutemukan seseorang yang dapat mencairkannya. Tidak, itu terlalu bergantung pada orang lain. Akan kucairkan hatiku yang beku ini sendiri -bagaimanapun caranya.
 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

No quote for this post. It's an outpouring-heart post.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.
K-On Mio Akiyama

Follow me

Nama Jepangku ~

- Copyright © 2013 Aau-chan's World -Sao v2- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -